TEKNIK STRUCTURING
1.1 Pengertian
Structuring (pembatasan) adalah teknik yang digunakan konselor untuk memberikan batas-batas/pembatas agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling.(Supriyo dan Mulawarman, 2006:27)
Structuring merupakan dimana konselor memberikan petunjuk tentang urutan langkah berfikir atau urutan tahap dalam pembicaraan yang sebaiknya diikuti, supaya akhirnya sampai pada pemecahan masalah/penyelesaian masalah.(Winkle, 1997:376)
Sejalan dengan itu, Lutfi dkk (2008) mengartikan structuring adalah teknik penginformasian dan penyepakatan akan perlunya dan diikutinnya batasan-batasan tertentu dalam proses konseling agar berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip layanan profesional.
Berdasarkan pengertian di atas kami dapat menyimpulkan bahwa teknik structuring adalah teknik dimana konselor menjelaskan tentang arti, keterbatasan (waktu, tindakan, peran, dan masalah), tujuan, dan kerahasiaan agar proses konseling berjalan sesuai dengan apa yang menjadi tujuan dalam konseling.
1.2 Tujuan Structuring
Menurut Lutfi dkk (2008: 35) menyebutkan beberapa tujuan strukturing, yaitu:
a) Konseli memperoleh orientasi yang tepat terkait konseling yang sedang ia jalani.
b) Diperoleh kesamaan persepsi dan harapan yang realistik dalam konseling
c) Diperoleh kepastian bersama apakah konseli mau menelanjutkan atau menghentikan proses konseling
d) Terbangun kesepakatan mengenai pola interaksi, tindakan, waktu, capaian, jaminan, dan konsekuensi pernyataan.
1.3 Fungsi Structuring
a. Konseli mendapatkan kerangka kerja konseling, sehingga konseli mendapatkan gambaran yang jelas tentang arah konseli dan bagaimana konseli ikut terlibat didalamnya.
b. Membantu memperjelas hubungan antara konselor dan klien, memberikannya arah, melindungi hak masing-masing, peran, dan menjamin konseling yang sukses.
Selain itu, Day & Spracio (dalam Retno dan Eko, 2007: 71) mengemukakan tiga fungsi penting penggunaan struktur dalam proses konseling, yakni fungsi fasilitatif, fungsi teraputik, dan fungsi protektif. Tetapi konseling lebih memanfaat fungsi konseling sebagai fasilitatif untuk memunculkan ras tanggung jawab, komitmen dan keterlibatan atau partisi aktif klien dalam proses konseling. Selanjutnya Day & Spracio mengemukakan cara strukturing dalam memfasilitasi proses konseling sebagai berikut:
a. Melalui struktur konselor dapat mengkomunikasikan kepada klien tentang peran dan tanggung jawab dirinya dan diri klien dalam proses konseling serta arah dari proses konseling yang akan dilaksanakan
b. Struktur dapat menurunkan atau mengurangi jumlah, intensitas atau kesalah pengertian antara konselor dengan klien
c. Struktur dapat digunakan oleh konselor sebagai alat untuk menangani perbedaan-perbedaan, khususnya perbedaan dalam asumsi dan harapak konselor dengan klien.
d. Struktur dapat digunakan konselor untk menangani munculnya perasaan tidak pasti dan kecemasan klien berkeaan dengan hubungan atau proses konseling yang akan dilaksanakan.
e. Akan menjadikan peoses konseling lebih efisien
f. Dapat membuat konselor lebih nyaman dan percaya diri.
1.4 Kegunaan Structuring
a. Klien dapat merasakan adanya rencana yang rasional, merupakan peta jalan konseling menjelaskan tanggungjawab dalam penggunaan peta tersebut, dan mengurangi ambiguitas dalam hubungan tersebut.
b. Digunakan untuk memberikan kerangka kerja atau orientasi terapi kepada konseli atau penetapan batasan konseling
1.5 Aspek-aspek stucturing
Pada pokoknya structuring adalah penggambaran tentang proses konseling, structur adalah kerangka kerja yang digunakan pembimbing (konselor) kepada kliennya. Kerangka kerja ini diberitahukan kepada klien dengan jalan membicarakannya secara singkat tentang 4 aspek yaitu :
a. Tanggungjawab
Konselor memberikan informasi kepada klien tentang tanggungjawab.
b. Tujuan
Konselor menjelasakan kepada klien tentang proses konseling tersebut sehingga klien dapat mengutarakan permasalahan-permasalahan yang ada dalam dirinya dengan baik dan hasil yang dicapai dalam proses konseling menjadi optimal.
c. Fokus
Agar konseling dapat efektif, klien harus mengerti bahwa proses konseling akan berpusat pada satu masalah khusus.
d. Keterbatasan
Baik konselor maupun klien harus dapat menyadari tentang keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam proses konseling.
Keterbatasan tersebut mencakup :
1) Time Limit ( Pembatasan Waktu )
a) Konselor dan konseli bersama-sama membuat kesepakatan waktu
b) Konselor menyampaikan berapa lama konseling akan berlangsung
bisa dilakukan pada awal pertemuan, pada saat proses konseling hampir selesai, dan pada akhir pertemuan
c) Berfungsi agar konseli tahu berapa waktu yang tersedia, sehingga mareka dapat menyampaikan masalah yang dialami dengan tenang karena tidak terburu-buru waktu.
2) Role Limit ( Pembatasan Peran )
Konselor menjelaskan perannya dalam hubungan konseling, karena konseli kadang-kadang datang kepada konselor dengan konsepsi yang salah, misalnya :
a. Konseli menganggap konseling sebagai obat mujarab yang dapat menyembuhkan dengan cepat seperti memecahkan masalah dan memberikan nasihat.
b. Konseli menganggap bahwa tanggungjawab untuk sukses proses konseling terletak pada konselor.
Misalnya klien yang mempunyai masalah keuangan, dan melakukan proses konseling berharap bahwa dia bisa meminta uang pada konselor sehingga masalahnya selesai.
Dengan adanya masalah di atas maka konselor diwajibkan untuk menjelaskan kepada konseli bahwa dalam konseling yang menentukan keputusan/yang dapat memecahkan masalah adalah konseli sendiri, sedangkan konselor hanya membantu mengarahkan.
3) Problem limit ( Pembatasan Masalah )
Wawancara dilakukan untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu, harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Tidaklah mungkin dalam waktu yang singkat, kedua belah pihak dapat menyelesaikan dan membahas masalah yang terlalu banyak. Untuk itu usahakan agar dalam suatu wawancara tidak terlalu banyak masalah yang dibahas. Makin sedikit masalah yang dibahas, makin baik dan singkat waktunya. Seandainya konseli membawa lebih dari satu permasalahan maka masalah yang dibahas adalah masalah yang paling mendesak untuk dipecahkan.
4) Action Limit ( Pembatsan Tindakan )
Mengacu pada batasan-batasan tindakan yang boleh ataupun tidak boleh dilakukan oleh konseli dan konselor.
Pada teknik structuring ini, hubungan harus tetap berdasarkan empati, kewajaran, tidak menuntut, pengertian, acceptance, komunikasi, dan kondisi-kondisi lain sebelum terjadi interaksi yang berkaitan dengan masalah klien. Setelah proses structuring, konselor harus beralih pada mengidentifikasi masalah klien.
1.6 Contoh Percakapan
a. Time limit (Pembatasan Waktu)
Klien :“Bu, saya sebenarnya sulit sekali untuk mengatur uang bulanan saya, karena itulah saya kemari untuk membicarakannya dengan ibu”
Konselor :“Baiklah, anda kemari untuk membahas masalah anda dengan saya, namun perlu diketahui bahwa jam 12.15 nanti saya harus menghadiri suatu rapat di GSG dan kita hanya mempunyai waktu 50 menit. Oleh karena itu marilah kita gunakan waktu sebaik-baiknya. Nah sekarang ceritakanlah masalah apa yang sedang terjadi pada anda.”
b. Role limit (Pembatasan Peran)
Klien :“Baiklah Bu…kita bicarakan dulu masalah pertengkaran saya dengan teman saya. Menurut ibu apa yang harus saya lakukan agar kesalahpahaman ini cepat selesai.”
Konselor :“Anda ingin meminta saya memberi nasihat mengenai masalah anda? Perlu anda ketahui bahwa saya tidak bisa memberikan nasihat seperti yang anda inginkan. Tetapi marilah kita bicarakan bersama permasalahan anda, kemudian kita cari jalan keluarnya.” (role limit)
c. Problem limit (Pembatasan Masalah)
Klien :“Begini bu, kemarin saya habis bertengkar dengan teman saya gara-gara salah paham. Teman saya mengira saya merebut pacarnya. Karena masalah ini semua teman saya menjauhi saya. Akibatnya saya tidak dapat konsentrasi belajar. Bagaimana caranya saya dapat menyelesaikan masalah ini?”
Konselor :“ Dalam masalah yang anda kemukaan tadi, setidaknya ada satu masalah yang mengakibatkan dua masalah baru, yaitu tentang pertengkaran dengan teman anda, sehingga anda dijauhi oleh teman-teman dan kesulitan anda dalam berkonsentrasi belajar gara-gara masalah ini. Dari masalah-masalah tersebut, menurut anda mana yang mendesak untuk dibicarakan terlebih dahulu?”
d. Action limit (Pembatasan Tindakan)
Klien :”Saya bingung sekali bu, kenapa hal ini bisa terjadi. Padahal saya tidak pernah melakukannya, sepertinya ada yang menfitnah dan mengadu domba saya dengan teman saya.”(Sambil berteriak dan memukul meja)
Konselor :” Ia…Ibu mengerti bagaimana perasaan anda, tapi ingat ruangan ini bersebelahan dengan ruang guru. Saya yakin masalah anda tidak inginkan diketahui oleh orang lain. Kalau seandainya guru atau teman anda tahu, pasti anda sendirikan yang malu.”
Reassurance (jaminan dan dukungan)
Pengertian
Reassurance adalah pemberian kata jaminan atau ganjaran oleh konselor kapanpun konseli menunjukkan kemajuan yang berarti baik sekedar perencanaan kognitif maupun kemajuan dalam perubahan perilaku (lutfi dkk, 2008: 44)
Tujuan
Tujuan dari reassurance adalah
a. Terbangkitnya semangat konseli ke arah yang positif
b. Teredakannya keraguan, kecemasan da ketegagan konseli untuk melaksanakan perilaku.
c. Semakin menguatnya perilaku baru
d. Terdorongnya konseli untuk memperluas perilaku baru yang berhasil
e. Terbebaskannya konseli dari emosi yang menyakitkan, memalukan, ataupun menekan.
Manfaat
Manfaat dari reassurance untuk memotifasi klien untuk menampakkan perilaku baru yang positif yang mengarah pada perubahan positif sebagai hasil dari konseling. Selain itu memberikan perubahan, manfaat serta perilaku yang lebih baik.
Bentuk-bentuk reassurance
Bantuk khusus
1. Approval
Yaitu pemberian dukunang dilakukan bilaman perbuatan konseli jelas menguntungkan dirinya. Misalnya konseli semula enggan berbicara tiba-tiba ia mulai berbicara. Arah pembicaraan yang dilakukan oleh konselor untuk memotivasi konseli untuk lebih bersemangat dan membuka diri.
2. Postdiction
Postdiction dilakukan karena konselor yakin bahwa konseli jujur, maka konselor mamperkuat kesan positif dari perilaku baru yang menguntugkan konseli.
Struktur khas yang menandai bentuk posdiksi adalah kata kausalitas. Misalnya “setelah..., maka...” , “dengan upaya... ternyata...”
3. Prediction
Prediksi diberikan ketika konseli menyatakan rencana tindakan yang maju, diramalkan dapat mengutungkan diri konseli, tetepi konseli kurang yakin akan keberhasilan atas rencananya itu. Konselor menghargai rencana usaha dan memacu agar motivasi untuk mewujudkan usaha baik yang telah dipikirkan klien
4. Faktual reassurance
Dukungan faktual merupakan teknik peyakinan yang sangat halus, dengan maksud meringankan perasaan duka konseli dan bahwa konseli “tidak sendiri”. dengan demikian diarapkan mengurangi penderitaan menghadapi situasi yang tidak diharapkannya. Selainn itu dengan penguatan faktual membantu klien agar tidak merasa bersalah atas keadaan dirinya dan tetap berani meneguhkan perbuatannya.
Winkel, W.S. 1997. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.
Supriyo dan Mulawarman. 2005. Ketrampilan Dasar Konseling. Semarang: Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNNES.
Hastuti, Tri Retno Dan Eko Darminto. 2007. Keterampilan-Keterampilan Dasar Konseling. Surabaya:Uness University Press.
Fauzan, Lutfi, nur hidayah dan M. Ramli. 2008. Teknik-Teknik Komunikasi Untuk Konselor. Malang : Universitas negeri Malang.
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Indifidual Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta.
Sabtu, 14 April 2012
teknik attending, opening acceptence
A. Keterampilan Attending
Perilaku attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakkan komponen-komponen perilaku nonverbal, bahasa lisan dan kontak mata. Karena komponen-komponen tersebut tidak mudah perlu dilatihkan bertahap dan terus menerus.
Menurut Carkhuff (dalam Retno dan Eko: 2007) menyebutkan bahwa attending adalah cara yang menunjukan bagaimana konselor menyiapkan diri, bersikap atau berperilaku, mendengarkan, memberikan perhatian kepada klien sehingga klien merasa aman, nyaman, diperhatikan oleh konselor.
Perilaku attending yang ditampilkan konselor akan mempengaruhi kepribadian klien yaitu:
1. Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan konselor menghargai klien. Karena dia dihargai, maka merasa harga diri ada atau meningkat.
2. Dengan perilaku attending dapat menciptakan suasana aman bagi klien, karena klien merasa ada orang yang bias dipercayai, teman untuk berbicara, dan merasa terlindungi secara emosional.
3. Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya.
Keterampilan atending merupakan usaha pembinaan untuk menghadirkan klien dalam proses konseling. Keterampilan dasar ini harus dikuasai oleh konselor karena keberhasilan membangun kondisi awal akan menentukan proses dan hasil konseling yang diselenggarakan. Penciptaan dan pengembangan atending dimulai dari upaya konselor menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar dan mampu mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasa klien.
Aspek-aspek keterampilan atending adalah:
1. Posisi badan(termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka)
Duduk dengan badan menghadap klien
Tangan kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal.
Merespon dengan ekspresi wajah, seperti senyum spontan atau anggukan kepala sebagai tanda setuju.
Badan tegak lurus tetapi tidak kaku atau kalau perlu bisa dicondongkan ke arah klien untuk menunjukkan kebersamaan.
2. Kontak mata
Melihat klien terutama pada waktu bicara.
Menggunakan pandangan spontan yang menunjukkan minat atau keinginan untuk merespon.
3. Mendengarkan
Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada klien.
Mendengarkan apapun yang dikatakan klien.
Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-kata, perasaan dan perilakunya)
Memahami keseluruhan pesannya.
Contoh perilaku attending yang baik :
1. Kepala : melakukan anggukan jika setuju dan menggeleng jika tidak setuju
2. Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
3. Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
4. Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
5. Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh perilaku attending yang tidak baik :
Kepala : kaku
Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
Contoh Penggunaannya dalam konseling
Verbal
Klien : “assalamungalikum ” (sambil mengetok pintu)
Konselor :”waalaikum salam” ” Silahkan masuk”
Non verbal
Konselor : “silahkan duduk” (konselor mempersilahkan klien duduk pada kursi yang telah disediakan sambil mengarahkan tangan ke tempat duduk)
Klien :”Ya, bu terimakasih”
Dalam proses attending ini ada kemungkinan kegagalan proses attending mengingat baahwa manusia itu unik dan memiliki karakteristik masing-masing ada yang tertutup sehingga mempersulit proses attending dan proses konseling ini. Dalam hal ini apabila konselor mengalami kegagalan dalam proses ini lanjutkan saja proses konseling jangan terus berbicara ataupun bertanya karena hal tersebut akan menimbulkan kesan bahwa konselor mendominasi kegiatan konseling dan hal itu akan semakin membuat klien merasa tidak nyaman dan tidak percaya pada konselor. Dalam hal ini mungkin konselor harus lebih dekat dan lebih mengenal klien. Setelah klien diterima lalu membina rapport dan yang paling penting membicarakan topik netral.
Tujuan attending
Attending bertujuan untuk penciptaan suasana nyaman supaya klien merasa dihargai., meyakinkan klien untuk mempercayai konselor.
Menurut Sofyan S. Willis ( 2004 : 176 ) menyatakan bahwa perilaku attending akan mempengaruhi kepribadian konseli yaitu:
a. Meningkatkan harga diri konseli
b. Menciptakan suasana aman bagi konseli
c. Memberikan keyakinan kepada konseli bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati perasaannya.
Fungsi attending
Attending dilakukan untuk membuka proses konseling, perhatian yang diberikan terpusat sehingga klien menjadi terbuka pada klien. Attending berfungsi agar konselor dpat memperlihatkan penampilan yang attending diberbagai situasi hubungan interpersonal secara umum khususnya dalam relasi konseling dengan konseli.( Sofyan S. Willis, 2004 : 176 ).
Dari beberapa fungsi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa fungsi dari teknik attending adalah konselor dapat memfokuskan pada komunikasi non ferbal konseli sehingga perhatiannya terpusat pada konseli dan dapat memperlihatkan penampilan yang attending khususnya dala relasi konseling dengan konseli.
Attending bermanfaan agar konseli merasa dihargai dan terbina suasana kondusif.( Sofyan S. Willis, 2004 : 176 ).attending bermanfaat agar konseli merasa dihagai sehingga ia senang, betah, dan mau mencurahkan ide dan perasaannya secara bebas.
B. Pembukaan (opening)
Opening (pembukaan) adalah keterampilan atau teknik untuk membuka atau memulai komunikasi atau hubungan konseling.
Raport (openning) mempunyai makna sebagai suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. (M. Surya, 2003 : 130).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik opening adalah teknik untuk membuka hubungan konseling sehingga terbentuk suatu kondisi yang saling memahamidan mengenal tujuan bersama. Keterampilan ini digunakan ketika konselor melakukan wawancara dengan klien. Opening merupakan bentuk verbal dari ketrampilan attending.
Tujuan opening
Tujuan dari opening yaitu konselor memperoleh dengan kepercayaan dari konseli dan akhirnya konseli dapat dengan bebas dan terbuka dalam mengungkapkan masalahnya. Raport (openning) mempunyai makna sebagai suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. (M. Surya, 2003 : 130).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik opening adalah teknik untuk membuka hubungan konseling sehingga terbentuk suatu kondisi yang saling memahamidan mengenal tujuan bersama.
Fungsi opening
Fungsi dari ketrampilan opening adalah mempererat hubungan konselor dengan klien. Opening berfungsi untuk membuka poroses konseling secara psikologis, serta berfungsi juga untuk menciptakan rasa nyaman bagi konseli, sehinggas konseli akan merasa tenang dan percaya bahwa konselor dapat membantu dan menangani masalahnya.denan demikian opening samgat diperlukan oleh seorang konselor agar tercapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling.
Contoh
Tika : “Assalamungalaikum” (sambil mengetuk pintu ruang konselor)
Konselor : ”Wassalamualaikumsalam, mba Tika (klien,mengampiri dan berjabat sambil tersenyum dan mempersilahkan duduk ke kursi)
Tika :” ya baik bu”terima kasih ( sambil duduk)
C. Penerimaan (Acceptance)
Penerimaan adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan klien.
Teknik penerimaan merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar konseli merasa diterima dalam proses konseli.(M. Surya, 2003 : 131).
Dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa teknik acceptance adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli agar konseli merasa diterima dalam proses konseli.
Terdapat dua jenis penerimaan yaitu:
a. Verbal
1) Bentuk pendek : teruskan, oh... ya, lalu/kemudian, ya...ya, hem...hem... dll.
2) Bentuk panjang : saya memahami , saya menghayati, saya dapat merasakan, dll
b. Non verbal
Non verbal : anggukan kepala posisi condong ke depan, perubahan mimik, memlihara kontak mata dll.
Penerimaan bukan berarti mensetujui, cerita apapun yang disampaikan klien diterima namun bukan berarti setuju. Konselor menerima tanpa menilai sesuai dengan asas klien tidak pernah salah ( KTSP ). Konselor bertanggungjawab untuk memperbaiki klien atau bisa disebut debgan memberikan dorongan minimal pada klien.
Contoh Penerimaan (Acceptenc)
Konselor : “ Bagaimana kabar mba Tika hari ini ?
Tika :” Alhamdulillah baik bu”,
Konselor :Barusan pelajaran apa?”(Konselor duduk dengan tenang sambil sedikit mencondongkan badan pada klien)
Tika :“pelajaran kimia bu”
Konselor : “ Anda suka pelajaran tersebut?atau sebaliknya?
Tujuan penerimaan (Acceptenc)
Tujuan acceptenc adalah untuk menciptakan suasana dimana konseli merasa dihargai.
Fungsi penerimaan (Acceptenc)
Fungsi dari Acceptenc ialah terjalin suasana yang kondusif dan dinamis. Selain itu agar konseli merasa diterima dalam proses konseling. Oleh karena itu, teknik ini perlu difungsikan supaya proses konseling berjalan dengan lancar.
D. Pengulangan pernyataan ( Restatment)
Pengulangan kembali ( Restatment ) adalah teknik yang digunakan konselor untuk mengulang / menyatakan kembali pernyataan klien ( sebagian atau seluruhnya) yang dianggap penting. Mengulang kata-kata klien, menggunakan pernyataan yang digunakan klien.
Contoh keguanaannya dalam BK:
Tika :” Saya menyukainya bu walaupun terkadang saya kesulitan memahaminya tapi saya menikmatinya”
Konselor : “Oh . .anda menyukai dan menikmatinya. Apakah ada sesuatu yang perlu kita bicarakan dalam pertemuan ini?”
Tujuan Pengulangan pernyataan ( Restatment)
Tujuan dari pengulangan pernyataan atau restatment adalah untuk menyatakan kembali pernyataan klien agar klien merasa diperhatikan.
Fungsi Pengulangan pernyataan ( Restatment)
Fungsi pengulangan pernyataan adalah untuk memperjelas maksud hal yang dibahas.
E. Keterampilan Paraprase
Keterampilan ini menunjuk pada pengulangan kata-kata dan pemikiran kunci dari klien.Pengulangan kata-kata atau kalimat ini secara utuh, apa adanya dan tanpa merubah makna dari ungkapan klien. Perubahan kata boleh dilakukan guna rasional kalimat namun perubahan itu tidak menggeser arti kata atau kalimat dari klien. (Mappiare, 1998:44)
Paraprase adalah suatu keterampilan dasar dalam konseling yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan antar pribadi. Esensi dari keterampilan ini adalah pengulangan kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci dari klien yang dirumuskan oleh konselor sendiri.
Tujuan dari kegiatan paraprase adalah:
menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien, dan konselor berusaha memahami apa yang dinyatakan klien
mengkristalisasi komentar klien dengan lebih singkat sehingga membantu mengarahkan wawancara
memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor. Kegiatan paraprase bukan merupakan upaya untuk membaca apa yang terlintas di benak, tetapi suatu bantuan untuk memperoleh klarifikasi tambahan yang cermat.
Cara memparaphrase adalah sebagai berikut:
Dengarkan pesan utama klien.
Nyatakan kembali kepada klien ringkasan pesan utamanya secara sederhana dan singkat.
Amati pertanda atau meminta respon dari klien tentang kecermatan paraprase.
Berikut paraphrase yang tidak disarankan:
Analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang pesan klien yang dimaukkan dalam respon konselor.
Respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari pesan klien, bukan tema utamanya.
Pemakaian kata-kata paraprase atau prase yang tidak tepat dalam wawancara (kata-kata teknis, istilah psikologi yang berlebihan)
Contoh Kegunaan dari paraphrase
Contoh dialog :
Klien : ” Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian ? ”
Konselor : ” Tampaknya Anda masih ragu.”
F. Teknik Klarifikasi
Teknik klarifikasi adalah teknik yang digunakan untuk mengngkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata – kata baru dan segar.(Supriyo dan Mulawarman,2006:25)
Respon konselor biasanya didahului dengan kata – kata pendahuluan : pada dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain, tegasnya, sbb.
Tujuan teknik klarifikasi:
1. Menegaskan maksud pernyataan konseli
2. Mengambil intisari pernyataan konseli dengan menggunakan bahasa yang baru
3. Mengungkapkan isi pesan utama yang disampaikan klien
DAFTAR PUSTAKA
Sugiarto, DYP &Mulawarman. 2007. Buku ajar psikologi konseling.Semarang : Unnes Press
Willis, Sofyan S. 2007. Konseling Individual teori dan praktek. Bandung: Alfabeta
http://psikologi-artikel.blogspot.com/2010/06/teknik-konseling.html diakses tanggal 06/03/11 jam 20.00
http://file.upi.edu/Direktori/PROCEEDING/UPI-UPSI/2010/Book%205/TEKNIK%20LATIHAN%20KETERAMPILAN%20DASAR%20KONSELING%20INDIVIDUAL.PDF diakses tanggal 06/03/11 jam 20.05
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/15/teknik-umum-konseling/ diakses tanggal 07/03/11 jam 06.57
Perilaku attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakkan komponen-komponen perilaku nonverbal, bahasa lisan dan kontak mata. Karena komponen-komponen tersebut tidak mudah perlu dilatihkan bertahap dan terus menerus.
Menurut Carkhuff (dalam Retno dan Eko: 2007) menyebutkan bahwa attending adalah cara yang menunjukan bagaimana konselor menyiapkan diri, bersikap atau berperilaku, mendengarkan, memberikan perhatian kepada klien sehingga klien merasa aman, nyaman, diperhatikan oleh konselor.
Perilaku attending yang ditampilkan konselor akan mempengaruhi kepribadian klien yaitu:
1. Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan konselor menghargai klien. Karena dia dihargai, maka merasa harga diri ada atau meningkat.
2. Dengan perilaku attending dapat menciptakan suasana aman bagi klien, karena klien merasa ada orang yang bias dipercayai, teman untuk berbicara, dan merasa terlindungi secara emosional.
3. Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya.
Keterampilan atending merupakan usaha pembinaan untuk menghadirkan klien dalam proses konseling. Keterampilan dasar ini harus dikuasai oleh konselor karena keberhasilan membangun kondisi awal akan menentukan proses dan hasil konseling yang diselenggarakan. Penciptaan dan pengembangan atending dimulai dari upaya konselor menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar dan mampu mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasa klien.
Aspek-aspek keterampilan atending adalah:
1. Posisi badan(termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka)
Duduk dengan badan menghadap klien
Tangan kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal.
Merespon dengan ekspresi wajah, seperti senyum spontan atau anggukan kepala sebagai tanda setuju.
Badan tegak lurus tetapi tidak kaku atau kalau perlu bisa dicondongkan ke arah klien untuk menunjukkan kebersamaan.
2. Kontak mata
Melihat klien terutama pada waktu bicara.
Menggunakan pandangan spontan yang menunjukkan minat atau keinginan untuk merespon.
3. Mendengarkan
Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada klien.
Mendengarkan apapun yang dikatakan klien.
Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-kata, perasaan dan perilakunya)
Memahami keseluruhan pesannya.
Contoh perilaku attending yang baik :
1. Kepala : melakukan anggukan jika setuju dan menggeleng jika tidak setuju
2. Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
3. Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
4. Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
5. Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh perilaku attending yang tidak baik :
Kepala : kaku
Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
Contoh Penggunaannya dalam konseling
Verbal
Klien : “assalamungalikum ” (sambil mengetok pintu)
Konselor :”waalaikum salam” ” Silahkan masuk”
Non verbal
Konselor : “silahkan duduk” (konselor mempersilahkan klien duduk pada kursi yang telah disediakan sambil mengarahkan tangan ke tempat duduk)
Klien :”Ya, bu terimakasih”
Dalam proses attending ini ada kemungkinan kegagalan proses attending mengingat baahwa manusia itu unik dan memiliki karakteristik masing-masing ada yang tertutup sehingga mempersulit proses attending dan proses konseling ini. Dalam hal ini apabila konselor mengalami kegagalan dalam proses ini lanjutkan saja proses konseling jangan terus berbicara ataupun bertanya karena hal tersebut akan menimbulkan kesan bahwa konselor mendominasi kegiatan konseling dan hal itu akan semakin membuat klien merasa tidak nyaman dan tidak percaya pada konselor. Dalam hal ini mungkin konselor harus lebih dekat dan lebih mengenal klien. Setelah klien diterima lalu membina rapport dan yang paling penting membicarakan topik netral.
Tujuan attending
Attending bertujuan untuk penciptaan suasana nyaman supaya klien merasa dihargai., meyakinkan klien untuk mempercayai konselor.
Menurut Sofyan S. Willis ( 2004 : 176 ) menyatakan bahwa perilaku attending akan mempengaruhi kepribadian konseli yaitu:
a. Meningkatkan harga diri konseli
b. Menciptakan suasana aman bagi konseli
c. Memberikan keyakinan kepada konseli bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati perasaannya.
Fungsi attending
Attending dilakukan untuk membuka proses konseling, perhatian yang diberikan terpusat sehingga klien menjadi terbuka pada klien. Attending berfungsi agar konselor dpat memperlihatkan penampilan yang attending diberbagai situasi hubungan interpersonal secara umum khususnya dalam relasi konseling dengan konseli.( Sofyan S. Willis, 2004 : 176 ).
Dari beberapa fungsi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa fungsi dari teknik attending adalah konselor dapat memfokuskan pada komunikasi non ferbal konseli sehingga perhatiannya terpusat pada konseli dan dapat memperlihatkan penampilan yang attending khususnya dala relasi konseling dengan konseli.
Attending bermanfaan agar konseli merasa dihargai dan terbina suasana kondusif.( Sofyan S. Willis, 2004 : 176 ).attending bermanfaat agar konseli merasa dihagai sehingga ia senang, betah, dan mau mencurahkan ide dan perasaannya secara bebas.
B. Pembukaan (opening)
Opening (pembukaan) adalah keterampilan atau teknik untuk membuka atau memulai komunikasi atau hubungan konseling.
Raport (openning) mempunyai makna sebagai suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. (M. Surya, 2003 : 130).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik opening adalah teknik untuk membuka hubungan konseling sehingga terbentuk suatu kondisi yang saling memahamidan mengenal tujuan bersama. Keterampilan ini digunakan ketika konselor melakukan wawancara dengan klien. Opening merupakan bentuk verbal dari ketrampilan attending.
Tujuan opening
Tujuan dari opening yaitu konselor memperoleh dengan kepercayaan dari konseli dan akhirnya konseli dapat dengan bebas dan terbuka dalam mengungkapkan masalahnya. Raport (openning) mempunyai makna sebagai suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. (M. Surya, 2003 : 130).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik opening adalah teknik untuk membuka hubungan konseling sehingga terbentuk suatu kondisi yang saling memahamidan mengenal tujuan bersama.
Fungsi opening
Fungsi dari ketrampilan opening adalah mempererat hubungan konselor dengan klien. Opening berfungsi untuk membuka poroses konseling secara psikologis, serta berfungsi juga untuk menciptakan rasa nyaman bagi konseli, sehinggas konseli akan merasa tenang dan percaya bahwa konselor dapat membantu dan menangani masalahnya.denan demikian opening samgat diperlukan oleh seorang konselor agar tercapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling.
Contoh
Tika : “Assalamungalaikum” (sambil mengetuk pintu ruang konselor)
Konselor : ”Wassalamualaikumsalam, mba Tika (klien,mengampiri dan berjabat sambil tersenyum dan mempersilahkan duduk ke kursi)
Tika :” ya baik bu”terima kasih ( sambil duduk)
C. Penerimaan (Acceptance)
Penerimaan adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan klien.
Teknik penerimaan merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar konseli merasa diterima dalam proses konseli.(M. Surya, 2003 : 131).
Dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa teknik acceptance adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli agar konseli merasa diterima dalam proses konseli.
Terdapat dua jenis penerimaan yaitu:
a. Verbal
1) Bentuk pendek : teruskan, oh... ya, lalu/kemudian, ya...ya, hem...hem... dll.
2) Bentuk panjang : saya memahami , saya menghayati, saya dapat merasakan, dll
b. Non verbal
Non verbal : anggukan kepala posisi condong ke depan, perubahan mimik, memlihara kontak mata dll.
Penerimaan bukan berarti mensetujui, cerita apapun yang disampaikan klien diterima namun bukan berarti setuju. Konselor menerima tanpa menilai sesuai dengan asas klien tidak pernah salah ( KTSP ). Konselor bertanggungjawab untuk memperbaiki klien atau bisa disebut debgan memberikan dorongan minimal pada klien.
Contoh Penerimaan (Acceptenc)
Konselor : “ Bagaimana kabar mba Tika hari ini ?
Tika :” Alhamdulillah baik bu”,
Konselor :Barusan pelajaran apa?”(Konselor duduk dengan tenang sambil sedikit mencondongkan badan pada klien)
Tika :“pelajaran kimia bu”
Konselor : “ Anda suka pelajaran tersebut?atau sebaliknya?
Tujuan penerimaan (Acceptenc)
Tujuan acceptenc adalah untuk menciptakan suasana dimana konseli merasa dihargai.
Fungsi penerimaan (Acceptenc)
Fungsi dari Acceptenc ialah terjalin suasana yang kondusif dan dinamis. Selain itu agar konseli merasa diterima dalam proses konseling. Oleh karena itu, teknik ini perlu difungsikan supaya proses konseling berjalan dengan lancar.
D. Pengulangan pernyataan ( Restatment)
Pengulangan kembali ( Restatment ) adalah teknik yang digunakan konselor untuk mengulang / menyatakan kembali pernyataan klien ( sebagian atau seluruhnya) yang dianggap penting. Mengulang kata-kata klien, menggunakan pernyataan yang digunakan klien.
Contoh keguanaannya dalam BK:
Tika :” Saya menyukainya bu walaupun terkadang saya kesulitan memahaminya tapi saya menikmatinya”
Konselor : “Oh . .anda menyukai dan menikmatinya. Apakah ada sesuatu yang perlu kita bicarakan dalam pertemuan ini?”
Tujuan Pengulangan pernyataan ( Restatment)
Tujuan dari pengulangan pernyataan atau restatment adalah untuk menyatakan kembali pernyataan klien agar klien merasa diperhatikan.
Fungsi Pengulangan pernyataan ( Restatment)
Fungsi pengulangan pernyataan adalah untuk memperjelas maksud hal yang dibahas.
E. Keterampilan Paraprase
Keterampilan ini menunjuk pada pengulangan kata-kata dan pemikiran kunci dari klien.Pengulangan kata-kata atau kalimat ini secara utuh, apa adanya dan tanpa merubah makna dari ungkapan klien. Perubahan kata boleh dilakukan guna rasional kalimat namun perubahan itu tidak menggeser arti kata atau kalimat dari klien. (Mappiare, 1998:44)
Paraprase adalah suatu keterampilan dasar dalam konseling yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan antar pribadi. Esensi dari keterampilan ini adalah pengulangan kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci dari klien yang dirumuskan oleh konselor sendiri.
Tujuan dari kegiatan paraprase adalah:
menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien, dan konselor berusaha memahami apa yang dinyatakan klien
mengkristalisasi komentar klien dengan lebih singkat sehingga membantu mengarahkan wawancara
memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor. Kegiatan paraprase bukan merupakan upaya untuk membaca apa yang terlintas di benak, tetapi suatu bantuan untuk memperoleh klarifikasi tambahan yang cermat.
Cara memparaphrase adalah sebagai berikut:
Dengarkan pesan utama klien.
Nyatakan kembali kepada klien ringkasan pesan utamanya secara sederhana dan singkat.
Amati pertanda atau meminta respon dari klien tentang kecermatan paraprase.
Berikut paraphrase yang tidak disarankan:
Analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang pesan klien yang dimaukkan dalam respon konselor.
Respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari pesan klien, bukan tema utamanya.
Pemakaian kata-kata paraprase atau prase yang tidak tepat dalam wawancara (kata-kata teknis, istilah psikologi yang berlebihan)
Contoh Kegunaan dari paraphrase
Contoh dialog :
Klien : ” Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian ? ”
Konselor : ” Tampaknya Anda masih ragu.”
F. Teknik Klarifikasi
Teknik klarifikasi adalah teknik yang digunakan untuk mengngkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata – kata baru dan segar.(Supriyo dan Mulawarman,2006:25)
Respon konselor biasanya didahului dengan kata – kata pendahuluan : pada dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain, tegasnya, sbb.
Tujuan teknik klarifikasi:
1. Menegaskan maksud pernyataan konseli
2. Mengambil intisari pernyataan konseli dengan menggunakan bahasa yang baru
3. Mengungkapkan isi pesan utama yang disampaikan klien
DAFTAR PUSTAKA
Sugiarto, DYP &Mulawarman. 2007. Buku ajar psikologi konseling.Semarang : Unnes Press
Willis, Sofyan S. 2007. Konseling Individual teori dan praktek. Bandung: Alfabeta
http://psikologi-artikel.blogspot.com/2010/06/teknik-konseling.html diakses tanggal 06/03/11 jam 20.00
http://file.upi.edu/Direktori/PROCEEDING/UPI-UPSI/2010/Book%205/TEKNIK%20LATIHAN%20KETERAMPILAN%20DASAR%20KONSELING%20INDIVIDUAL.PDF diakses tanggal 06/03/11 jam 20.05
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/15/teknik-umum-konseling/ diakses tanggal 07/03/11 jam 06.57
Rabu, 11 April 2012
Visi Misi dan Paradigma Bimbingan dan Konseling
BAB II
VISI, MISI, PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING
I. PENGERTIAN VISI, MISI DAN PARADIGMA
Sebelum membahas visi, misi, dan paradigma, alangkah baiknya kita mengetahui terlebih dahulu pengertian visi, misi, dan paradigma itu sendiri.
Visi adalah sesuatu yang didambakan untuk demiliki di masa depan. Visi ini merupakan gambaran aspirasi masa depan yang umum dalam mencapainya.
Misi adalah sesuatu yang didambakan di masa depan. Visi merupakan pernyataan yang menegaskan visi melalui garis-garis besar dari jalan yang akan diambil sesuai dengan visi yang telah dirumuskan sebelumnya.
Paradigma adalah keseluruhan susunan kepercayaan, teknik dan nilai yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat tertentu sebagai system acuan menyeluruh yang membimbing masyarakat.
Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Prinsip-prinsip Bimbingan dan Konseling di Sekolah
A. Prinsip-prinsip BK
Prinsip merupakan hasil dari kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang akan dimaksudkan. Sejumlah prinsip mendasari gerak dan langkah penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai aspek operasional pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam layanan bimbingan dan konseling perlu diperhatikan sejumlah prinsip yaitu:
1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan klien.
Sasaran pemberian bimbingan dan konseling adalah individu,
A. Prinsip-prinsip BK
Prinsip merupakan hasil dari kajian teoritik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang akan dimaksudkan. Sejumlah prinsip mendasari gerak dan langkah penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Prinsip ini berkaitan dengan tujuan, sasaran layanan, jenis layanan dan kegiatan pendukung serta berbagai aspek operasional pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam layanan bimbingan dan konseling perlu diperhatikan sejumlah prinsip yaitu:
1. Prinsip-prinsip berkenaan dengan klien.
Sasaran pemberian bimbingan dan konseling adalah individu,
Peran Guru dalam Pelayanan Bimbingan dan Konseling
PERAN GURU DALAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Dalam kedudukannya sebagai pendidik, guru memiliki posisi yang strategis. Dibandigkan dengan tenaga pendidik atau konselor. Guru lebih sering berinteraksi denga siswa secara langsung. Guru dapat mengamati secara rutin perkembangan siswanya.
Peran guru dalam pelayanan bimbingan dan koseling adalah
a. Guru sebagai Informator
Guru berperan sebagai informatory,
Dalam kedudukannya sebagai pendidik, guru memiliki posisi yang strategis. Dibandigkan dengan tenaga pendidik atau konselor. Guru lebih sering berinteraksi denga siswa secara langsung. Guru dapat mengamati secara rutin perkembangan siswanya.
Peran guru dalam pelayanan bimbingan dan koseling adalah
a. Guru sebagai Informator
Guru berperan sebagai informatory,
Model dan Pola Pelayanan BK
MODEL DAN POLA PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. MODEL-MODEL BIMBINGAN
1) Frank Parson
Menciptakan istilah Vocational Guidance yang menekankan ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis diri sendiri, analisis terhadap bidang pekerjaan, serta memadukan keduanya dengan berfikir rasional dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling.
2) William M. Proctor, (1925)
Mengembangkan model bimbingan mengenalkan dua fungsi yaitu fungsi penyaluran
A. MODEL-MODEL BIMBINGAN
1) Frank Parson
Menciptakan istilah Vocational Guidance yang menekankan ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis diri sendiri, analisis terhadap bidang pekerjaan, serta memadukan keduanya dengan berfikir rasional dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling.
2) William M. Proctor, (1925)
Mengembangkan model bimbingan mengenalkan dua fungsi yaitu fungsi penyaluran
Landasan Bimbingan dan Konseling
Landasan-Landasan Bimbingan Dan Konseling
A. Landasan Filosofis
Kata filosofis barasal dari bahasa yunani, Yakni Philos yang berarti cinta dan Shopos yang berarti kebijaksanaan. Jadi filosofi berari cinta drngan kebijaksanaan. Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari proses berpikir dan tingkahlaku, teori tentang prinsip atau hukum-hukum dasar yang mengatur alam semesta. Dengan kata lain filosofi merupakan hasil pemikiran yang sedalam-dalamya.
Hakekat manusia
Pada hakekatnya manusia terlahir lemah, dan tidak berdaya.
A. Landasan Filosofis
Kata filosofis barasal dari bahasa yunani, Yakni Philos yang berarti cinta dan Shopos yang berarti kebijaksanaan. Jadi filosofi berari cinta drngan kebijaksanaan. Filsafat merupakan ilmu yang mempelajari proses berpikir dan tingkahlaku, teori tentang prinsip atau hukum-hukum dasar yang mengatur alam semesta. Dengan kata lain filosofi merupakan hasil pemikiran yang sedalam-dalamya.
Hakekat manusia
Pada hakekatnya manusia terlahir lemah, dan tidak berdaya.
jenis Bimbingan dan Konseling
JENIS-JENIS BIMBINGAN DAN KONSELING
Bimbingan dan konseling terbagi atas beberap jenis berdasarkan sudut pandang tertentu. Jenis bimbingan pada dasarnya terdiri atas tiga jenis, yaitu berdasarkan banyaknya orang yang dibimbing pada waktu dan tempat tertentu. (bentuk bimbingan); berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan bimbingan dan konseling(sifat bimbingan); berdasarkan bidang tertentu dalam kehidupan siswa dan mahasiswa (ragam bimbingan.
A. Bentuk bimbingan
Bentuk bimbimbingan lebih mengarah pada jumlah orang yang diberikan bimbingan. Bimbingan terbagi menjadi dua, bimbingan individual dan bimbingan kelompok
Bimbingan dan konseling terbagi atas beberap jenis berdasarkan sudut pandang tertentu. Jenis bimbingan pada dasarnya terdiri atas tiga jenis, yaitu berdasarkan banyaknya orang yang dibimbing pada waktu dan tempat tertentu. (bentuk bimbingan); berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam pelayanan bimbingan dan konseling(sifat bimbingan); berdasarkan bidang tertentu dalam kehidupan siswa dan mahasiswa (ragam bimbingan.
A. Bentuk bimbingan
Bentuk bimbimbingan lebih mengarah pada jumlah orang yang diberikan bimbingan. Bimbingan terbagi menjadi dua, bimbingan individual dan bimbingan kelompok
Hakekat Bimbingan Dan Konseling
HAKEKAT BIMBINGAN DAN KONSELING
Pada dasarnya bimbingan dan konseling dilakukan dari manusia untuk manusia dan oleh manusia. Dari manusia artinya pelayanan itu siselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia sesuai dengan simensi kemanusiaanya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut dilaksanakan demi tujuan-tujuan yang agung, mulia dan positif bagi kehidupan manusia menuju manusia seutuhnya, baik sebagai individu maupun kelompok. Oleh manusia mengandung pengertian bahwa manusia dengan segenap martabat , derajat serta keunikannya masing-masing. Bimbingan dan konseling seperti ini melibatkan manusia, baik dari segi totalitas, mauoun potensi-potensi dan kecenderungannya, perkembangannya, sinamika kehidupan dan permasalahannya, dan interaksi yang dinamis dari unsure-unsur tersebut.
A. Pengertian Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “ guidance and conseling “ dalam bahasa Inggris dapat di artikan secara umum sebagai suatu bantuan.
Pada dasarnya bimbingan dan konseling dilakukan dari manusia untuk manusia dan oleh manusia. Dari manusia artinya pelayanan itu siselenggarakan berdasarkan hakikat keberadaan manusia sesuai dengan simensi kemanusiaanya. Untuk manusia, dimaksudkan bahwa pelayanan tersebut dilaksanakan demi tujuan-tujuan yang agung, mulia dan positif bagi kehidupan manusia menuju manusia seutuhnya, baik sebagai individu maupun kelompok. Oleh manusia mengandung pengertian bahwa manusia dengan segenap martabat , derajat serta keunikannya masing-masing. Bimbingan dan konseling seperti ini melibatkan manusia, baik dari segi totalitas, mauoun potensi-potensi dan kecenderungannya, perkembangannya, sinamika kehidupan dan permasalahannya, dan interaksi yang dinamis dari unsure-unsur tersebut.
A. Pengertian Bimbingan Dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari istilah “ guidance and conseling “ dalam bahasa Inggris dapat di artikan secara umum sebagai suatu bantuan.
Fungsi Bimbingan dan Konseling
FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
1. Pemahaman Klien
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap klien. Pemahaman tersebut tidak hanya sekedar mengenal diri klien,
A. Fungsi Pemahaman
Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
1. Pemahaman Klien
Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian bantuan terhadap klien. Pemahaman tersebut tidak hanya sekedar mengenal diri klien,
Asas-asas Bimbingan dan Konseling
ASAS-ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING
B. Prinsip-prinsip BK
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah hendaknya menerapkan asas-asas bimbingan dan konseling, karena pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan yang profesional. Asas itu sendiri adalah ketetapan yang harus dipenuhi dalam bimbingan dan konseling. Apabila dilaksanakan diharapkan proses bimbingan dan konseling mengarah pada tujuan yang ingin dicapai. Apabila tidak dilakukan dikhawatirkan akan berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling dan merugikan salah satu pihak.
1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin
B. Prinsip-prinsip BK
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah hendaknya menerapkan asas-asas bimbingan dan konseling, karena pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan yang profesional. Asas itu sendiri adalah ketetapan yang harus dipenuhi dalam bimbingan dan konseling. Apabila dilaksanakan diharapkan proses bimbingan dan konseling mengarah pada tujuan yang ingin dicapai. Apabila tidak dilakukan dikhawatirkan akan berlawanan dengan tujuan bimbingan dan konseling dan merugikan salah satu pihak.
1. Asas Kerahasiaan, yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakanya segenap data dan keterangan tentang konseli (konseli) yang menjadi sasaran pelayanan, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin
Langganan:
Postingan (Atom)