Sabtu, 14 April 2012

teknik attending, opening acceptence

A.    Keterampilan Attending
Perilaku attending dapat juga dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakkan komponen-komponen perilaku nonverbal, bahasa lisan dan kontak mata. Karena komponen-komponen tersebut tidak mudah perlu dilatihkan bertahap dan terus menerus.
Menurut Carkhuff (dalam Retno dan Eko: 2007) menyebutkan bahwa attending adalah cara yang menunjukan bagaimana konselor menyiapkan diri, bersikap atau berperilaku, mendengarkan, memberikan perhatian kepada klien sehingga klien merasa aman, nyaman, diperhatikan oleh konselor.
Perilaku attending  yang ditampilkan konselor akan mempengaruhi kepribadian klien yaitu:
1.    Meningkatkan harga diri klien, sebab sikap dan perilaku attending memungkinkan konselor menghargai klien. Karena dia dihargai, maka merasa harga diri ada atau meningkat.
2.    Dengan perilaku attending dapat menciptakan suasana aman bagi klien, karena klien merasa ada orang yang bias dipercayai, teman untuk berbicara, dan merasa terlindungi secara emosional.
3.    Perilaku attending memberikan keyakinan kepada klien bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati dan perasaannya.
Keterampilan atending merupakan usaha pembinaan untuk menghadirkan klien dalam proses konseling. Keterampilan dasar ini harus dikuasai oleh konselor karena keberhasilan membangun kondisi awal akan menentukan proses dan hasil konseling yang diselenggarakan. Penciptaan dan pengembangan atending dimulai dari upaya konselor menunjukkan sikap empati, menghargai, wajar dan mampu mengetahui atau paling tidak mengantisipasi kebutuhan yang dirasa klien.

Aspek-aspek keterampilan atending adalah:
1. Posisi badan(termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka)
    Duduk dengan badan menghadap klien
    Tangan kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal.
    Merespon dengan ekspresi wajah, seperti senyum spontan atau anggukan kepala sebagai tanda setuju.
    Badan tegak lurus tetapi tidak kaku atau kalau perlu bisa dicondongkan ke arah klien untuk menunjukkan kebersamaan.
2. Kontak mata
    Melihat klien terutama pada waktu bicara.
    Menggunakan pandangan spontan yang menunjukkan minat atau keinginan untuk merespon.
3. Mendengarkan
    Memelihara perhatian penuh yang terpusat pada klien.
    Mendengarkan apapun yang dikatakan klien.
    Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-kata, perasaan dan perilakunya)
    Memahami keseluruhan pesannya.
Contoh perilaku attending yang baik :
1.    Kepala : melakukan anggukan jika setuju dan menggeleng jika tidak setuju
2.    Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum
3.    Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
4.    Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan.
5.    Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
Contoh perilaku attending yang tidak baik :
    Kepala : kaku
    Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot.
    Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling.
    Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara.
    Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar.
Contoh      Penggunaannya dalam konseling
Verbal
Klien        : “assalamungalikum ” (sambil mengetok pintu)
Konselor     :”waalaikum salam” ” Silahkan masuk”
Non verbal
Konselor     : “silahkan duduk”  (konselor mempersilahkan klien duduk pada kursi yang telah disediakan sambil mengarahkan tangan ke tempat duduk)
Klien        :”Ya, bu terimakasih”
Dalam proses attending ini ada kemungkinan kegagalan proses attending mengingat baahwa manusia itu unik dan memiliki karakteristik masing-masing ada yang tertutup sehingga mempersulit proses attending dan proses konseling ini. Dalam hal ini apabila konselor mengalami kegagalan dalam proses ini lanjutkan saja proses konseling jangan terus berbicara ataupun bertanya karena hal tersebut akan menimbulkan kesan bahwa  konselor mendominasi kegiatan konseling dan hal itu akan semakin membuat klien merasa tidak nyaman dan tidak percaya pada konselor. Dalam hal ini mungkin konselor harus lebih dekat dan lebih mengenal klien. Setelah klien diterima lalu membina rapport dan yang paling penting membicarakan topik netral.
Tujuan attending
Attending bertujuan untuk penciptaan suasana nyaman supaya klien merasa dihargai., meyakinkan klien untuk mempercayai konselor.
Menurut Sofyan S. Willis ( 2004 : 176 ) menyatakan bahwa perilaku attending akan mempengaruhi kepribadian konseli yaitu:                                       
a.    Meningkatkan harga diri konseli
b.    Menciptakan suasana aman bagi konseli
c.    Memberikan keyakinan kepada konseli bahwa konselor adalah tempat dia mudah untuk mencurahkan segala isi hati perasaannya.
Fungsi attending
Attending dilakukan untuk membuka proses konseling, perhatian yang diberikan terpusat sehingga klien menjadi terbuka pada klien. Attending berfungsi agar konselor dpat memperlihatkan penampilan yang attending diberbagai situasi hubungan interpersonal secara umum khususnya dalam relasi konseling dengan konseli.( Sofyan S. Willis, 2004 : 176 ).
Dari beberapa fungsi tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa fungsi dari teknik attending adalah konselor dapat memfokuskan pada komunikasi non ferbal konseli sehingga perhatiannya terpusat pada konseli dan dapat memperlihatkan penampilan yang attending khususnya dala relasi konseling dengan konseli.
Attending bermanfaan agar konseli merasa dihargai dan terbina suasana kondusif.( Sofyan S. Willis, 2004 : 176 ).attending bermanfaat agar konseli merasa dihagai sehingga ia senang, betah, dan mau mencurahkan ide dan perasaannya secara bebas.


B.    Pembukaan  (opening)
Opening (pembukaan) adalah keterampilan atau teknik untuk membuka atau memulai komunikasi atau hubungan konseling.
Raport (openning) mempunyai makna sebagai suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. (M. Surya, 2003 : 130).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik opening adalah teknik untuk membuka hubungan konseling sehingga terbentuk suatu kondisi yang saling memahamidan mengenal tujuan bersama. Keterampilan ini digunakan ketika konselor melakukan wawancara dengan klien. Opening merupakan bentuk verbal dari ketrampilan attending.
Tujuan opening
Tujuan dari opening yaitu konselor  memperoleh dengan  kepercayaan dari konseli dan akhirnya konseli dapat dengan bebas dan terbuka dalam mengungkapkan masalahnya. Raport (openning) mempunyai makna sebagai suatu kondisi saling memahami dan mengenal tujuan bersama. (M. Surya, 2003 : 130).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa teknik opening adalah teknik untuk membuka hubungan konseling sehingga terbentuk suatu kondisi yang saling memahamidan mengenal tujuan bersama.

Fungsi opening
 Fungsi dari ketrampilan opening adalah mempererat hubungan konselor dengan klien. Opening berfungsi untuk membuka poroses konseling secara psikologis, serta berfungsi juga untuk menciptakan rasa nyaman bagi konseli, sehinggas konseli akan merasa tenang dan percaya bahwa konselor dapat membantu dan menangani masalahnya.denan demikian opening samgat diperlukan oleh seorang konselor agar tercapai tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam proses konseling.
Contoh
Tika          :  “Assalamungalaikum” (sambil mengetuk pintu ruang konselor)
Konselor    : ”Wassalamualaikumsalam, mba Tika (klien,mengampiri dan berjabat sambil tersenyum dan mempersilahkan duduk ke kursi)
Tika        :” ya baik bu”terima kasih ( sambil duduk)
C.    Penerimaan (Acceptance)
Penerimaan adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan klien.
Teknik penerimaan merupakan cara bagaimana konselor melakukan tindakan agar konseli merasa diterima dalam proses konseli.(M. Surya, 2003 : 131).
Dapat disimpulkan dari pengertian diatas bahwa teknik acceptance adalah teknik yang digunakan konselor untuk menunjukkan minat dan pemahaman terhadap hal-hal yang dikemukakan konseli agar konseli merasa diterima dalam proses konseli.

Terdapat dua jenis penerimaan yaitu:
a.    Verbal
1)    Bentuk pendek : teruskan, oh... ya, lalu/kemudian, ya...ya, hem...hem... dll.
2)    Bentuk panjang : saya memahami , saya menghayati, saya dapat merasakan, dll
b.    Non verbal
Non verbal : anggukan kepala posisi condong ke depan, perubahan mimik, memlihara kontak mata dll.
Penerimaan bukan berarti mensetujui, cerita apapun yang disampaikan klien diterima namun bukan berarti setuju. Konselor menerima tanpa menilai sesuai dengan asas klien tidak pernah salah ( KTSP ). Konselor  bertanggungjawab  untuk memperbaiki klien atau bisa disebut debgan memberikan dorongan minimal pada klien.
Contoh  Penerimaan (Acceptenc)
Konselor    : “ Bagaimana kabar mba Tika hari ini ?
Tika        :” Alhamdulillah baik bu”,
Konselor    :Barusan pelajaran apa?”(Konselor duduk dengan tenang sambil sedikit mencondongkan badan pada klien)
Tika        :“pelajaran kimia bu”
Konselor    : “ Anda suka pelajaran tersebut?atau sebaliknya?
Tujuan penerimaan (Acceptenc)
Tujuan acceptenc  adalah untuk menciptakan suasana dimana konseli merasa dihargai.
Fungsi penerimaan (Acceptenc)
Fungsi dari Acceptenc ialah terjalin suasana yang kondusif dan dinamis. Selain itu agar konseli merasa diterima dalam proses konseling. Oleh karena itu, teknik ini perlu difungsikan supaya proses konseling berjalan dengan lancar.
D.    Pengulangan pernyataan ( Restatment)
Pengulangan kembali ( Restatment )  adalah teknik yang digunakan konselor untuk mengulang / menyatakan kembali pernyataan klien ( sebagian atau seluruhnya) yang dianggap penting. Mengulang kata-kata klien, menggunakan pernyataan yang digunakan klien.
Contoh keguanaannya dalam BK:
Tika    :” Saya menyukainya bu walaupun terkadang saya kesulitan memahaminya tapi saya menikmatinya”   
Konselor :   “Oh . .anda menyukai dan menikmatinya. Apakah  ada sesuatu yang perlu kita bicarakan dalam pertemuan ini?”
Tujuan Pengulangan pernyataan ( Restatment)
Tujuan dari pengulangan pernyataan atau restatment adalah untuk menyatakan kembali pernyataan klien agar klien merasa diperhatikan.
Fungsi Pengulangan pernyataan ( Restatment)
Fungsi pengulangan pernyataan adalah untuk memperjelas maksud hal yang dibahas.

E.    Keterampilan Paraprase
Keterampilan ini menunjuk pada pengulangan kata-kata dan pemikiran  kunci dari klien.Pengulangan kata-kata atau kalimat ini secara utuh, apa adanya dan tanpa merubah makna dari ungkapan klien. Perubahan kata boleh dilakukan guna rasional kalimat namun perubahan itu tidak menggeser arti kata atau kalimat dari klien. (Mappiare, 1998:44)
Paraprase adalah suatu keterampilan dasar dalam konseling yang bertujuan untuk memperbaiki hubungan antar pribadi. Esensi dari keterampilan ini adalah pengulangan kata-kata atau pemikiran-pemikiran kunci dari klien yang dirumuskan oleh konselor sendiri.
Tujuan dari kegiatan paraprase adalah:
    menyampaikan kepada klien bahwa konselor bersama klien, dan konselor berusaha memahami apa yang dinyatakan klien
    mengkristalisasi komentar klien dengan lebih singkat sehingga membantu mengarahkan wawancara
    memberi peluang untuk memeriksa kecermatan persepsi konselor. Kegiatan paraprase bukan merupakan upaya untuk membaca apa yang terlintas di benak, tetapi suatu bantuan untuk memperoleh klarifikasi tambahan yang cermat.
Cara memparaphrase adalah sebagai berikut:
    Dengarkan pesan utama klien.
    Nyatakan kembali kepada klien ringkasan pesan utamanya secara sederhana dan singkat.
    Amati pertanda atau meminta respon dari klien tentang kecermatan paraprase.
Berikut paraphrase yang tidak disarankan:
    Analisis, interpretasi, atau pertimbangan nilai tentang pesan klien yang dimaukkan dalam respon konselor.
    Respon konselor hanya tertuju kepada bagian kecil dari pesan klien, bukan tema utamanya.
    Pemakaian kata-kata paraprase atau prase yang tidak tepat dalam wawancara (kata-kata teknis, istilah psikologi yang berlebihan)
Contoh Kegunaan dari paraphrase
Contoh dialog :
Klien : ” Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian ? ”
Konselor : ” Tampaknya Anda masih ragu.”
F.    Teknik Klarifikasi
    Teknik klarifikasi adalah teknik yang digunakan untuk mengngkapkan kembali isi pernyataan klien dengan menggunakan kata – kata baru dan segar.(Supriyo dan Mulawarman,2006:25)
    Respon konselor biasanya didahului dengan kata – kata pendahuluan : pada dasarnya, pada pokoknya, pada intinya, singkat kata, dengan kata lain, tegasnya, sbb.
        Tujuan teknik klarifikasi:
1.    Menegaskan maksud pernyataan konseli
2.    Mengambil intisari pernyataan konseli dengan menggunakan bahasa yang baru
3.    Mengungkapkan isi pesan utama yang disampaikan klien

DAFTAR PUSTAKA

Sugiarto, DYP &Mulawarman. 2007. Buku ajar psikologi konseling.Semarang : Unnes Press
Willis, Sofyan S. 2007. Konseling Individual teori dan praktek. Bandung: Alfabeta
http://psikologi-artikel.blogspot.com/2010/06/teknik-konseling.html diakses tanggal 06/03/11 jam 20.00
http://file.upi.edu/Direktori/PROCEEDING/UPI-UPSI/2010/Book%205/TEKNIK%20LATIHAN%20KETERAMPILAN%20DASAR%20KONSELING%20INDIVIDUAL.PDF  diakses tanggal 06/03/11 jam 20.05
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/15/teknik-umum-konseling/  diakses tanggal 07/03/11 jam 06.57

1 komentar: